Oleh : S Lainin Nafis
Aroma kopi kental masih jelas tercium, meski kopi dengan cangkir yang mungil tersebut sudah disajikan lebih dua jam yang lalu. Gemericik air kolam di depan bangunan café seolah meredam suara kendaraan yang lalu lalang di ujung jalan. Kami sedang dirundung semangat. Menikmati kopi sambil bertukar cerita tentang berbagai pendakian yang pernah kami lakukan.
Sahabatku seorang pendaki gunung yang cukup professional. Kesibukannya di berbagai komunitas kampus serta jadwal kuliahnya yang padat membuatnya selalu memilih daerah-daerah pendakian di sepanjang pulau Jawa meski besar juga keinginannya untuk mendaki di pulau-pulau lain. Terutama keinginan besarnya adalah mendaki ke puncak Jaya Wijaya dan Rinjani.
Sementara aku yang tidak terlalu menggeluti dunia mendaki, telah beberapa kali, secara tidak terencana, melakukan pendakian di beberapa lokasi di luar Jawa, meski juga bukan Jaya Wijaya dan Rinjani.
Perbedaan tingkat ketertarikan dengan kesempatan yang kami alami ini semakin membuat cerita kami berapi-api. Meski dinginnya pagi menjelang subuh mampu membekukan syaraf dalam tubuh kami.
Sahabatku ini kemudian bercerita tentang sebuah keresahan yang sangat mengganggu nuraninya. Mengenai kondisi salah satu gunung di Jawa yang baru-baru ini di dakinya. Kotor dan penuh sampah. Entah awalnya bagaimana, keresahan tersebut kemudian memicu kami untuk memunculkan sebuah gagasan untuk melakukan sesuatu bagi Lawu, gunung yang menjadi korban sampah manusia.
Gagasannya sederhana saja, kami berencana mengajak beberapa teman, lima atau enam orang pun jadi, untuk mendaki gunung Lawu. Pendakian ke atas rencananya akan dilakukan dengan santai karena kami juga akan mengambil beberapa dokumentasi tentang kondisi Lawu dan sampah yang mengotorinya. Menginap semalam di pos terakhir, kami akan menikmati terbitnya matahari di puncak gunung Lawu pada keesokannya. Kegiatan berikutnya adalah mengumpulkan sampah dan membawanya sepanjang perjalanan turun. Kami akan mendokumentasikan semuanya.
Meski belum tahu pasti apa yang akan kami lakukan dengan hasil dokumentasi tersebut, ada sebuah keinginan yang telah tertanam di benak kami bahwa kegiatan tersebut, beserta dengan dokumentasinya, akan menjadi sebuah kampanye bagi kami dalam mengajak orang, siapapun, untuk mendaki dengan bersih, tanpa meninggalkan sampah di gunung.
Gagasan sederhana tersebut kemudian kami sampaikan kepada beberapa sahabat lain dan mendapatkan respon yang demikian luar biasa. Hingga kami kemudian memberanikan diri untuk mengajak siapapun dalam bersih-bersih gunung Lawu.
Kegiatan : Mendaki gunung Lawu dan bersih-bersih
Waktu : 8, 9, 10 April 2011 (Jum’at, Sabtu, Ahad)
Awal Pendakian : Cemoro Sewu
Biaya : masing-masing
Jika berminat untuk mengikuti kegiatan ini, mohon konfirmasi ke: 083862600270
Rencana kegiatan
Jum’at
Menjelang Maghrib
Berkumpul di basecamp Cemorosewu
Selepas Isya
Membagi tugas dan merencanakan kegiatan esok hari
Istirahat
Sabtu
Pagi
Pendakian dan mengambil dokumentasi
Sore
Mendirikan tenda untuk menginap di pos terakhir
Malam
Sharing dan istirahat di pos terakhir
Ahad
Subuh
Menikmati matahari terbit
Pagi
Perjalanan turun dan memungut sampah
Sore
Pulang ke rumah masing-masing
Rencana tersebut masih sangat fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan situasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar