Kamis, 16 Juni 2011

Cara Mendaki Gunung Secara Tradisioanal

Pendakian tradisional atau trad climbing, adalah pendakian yang tanpa peralatan canggih dengan harga mahal, hanya mengandalkan peralatan seadanya. Tetapi juga harus melihat medan dan lokasi pendakian yang di tuju jika melakukan pendakian dengan type tradisional, karena keselamatan pribadi jauh lebih berharga di bandingkan alat - alat pendakian yang harganya tentu tak murah.

Metode pendakian tradisional juga adalah pengalaman awal pendakian yang aku dan Belantara Indonesia lakukan. Mengapa menjadi menerapkan trad climbing / mountaineering? Karena memang keadaan! Hendak dan ingin menggunakan alat - alat pendakian, harga tak terjangkau dan belum mungkin kami adakan. Apa daya? Pendakian ala kadarnya kami lakukan. Biasanya pendakian dengan metode ini hanya beralatkan alat pendakian dasar, yakni tas carrier, sepatu gunung atau sandal gunung, topi rimba, senter badai, jaket dan rain coat, matras juga tenda, tanpa alat untuk menunjang keselamatan mutlak seperti Harness, tali, head lamp dan lain - lain. Bahkan tabung oksigen pun bisa dikesampingkan, karena type gunung di Indonesia tak seperti gunung - gunung lain di luar negeri.

Tetapi ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi pendaki gunung sebagian, karena mencoba menjelajah alam dan rimba tanpa harus manja di topang peralatan yang pastinya mendukung keselamatan dengan mutlak. Ini persis dengan yang di lakukan Si Dewa Gunung, Reinhold Messner yang melakukan pendakian dengan gaya pendakian tradisional. Pendakian tradisional pertama kali di kenal di kawasan Alpen, Eropa. Prinsipnya, dalam pendakian ini seorang pendaki hanya berbekal peralatan secukupnya dan melakukan pendakian ala kebut gunung.

Juga Araceli Segarra, pendaki wanita rupawan asal Spanyol, juga punya prinsip serupa. Araceli tidak percaya dengan tali / rope, tabung oksigen, ataupun porter. Ia punya prinsip bila tidak bisa meneruskan pendakian ke puncak dengan sukses, ia memilih untuk pulang dan mencoba di lain waktu. Ia memilih melakukan pendakian gaya tradisional tanpa peralatan yang canggih dan lengkap, dari pada sampai ke puncak dengan mudah tanpa tantangan.

Tetapi semua juga berdasar pengalaman dan pengenalan medan gunung yang baik jika memang hendak melakukan Radical Mountaineering, karena alam tak bisa kita tipu dengan akal bulus demi keselamatan pribadi jika memang alam sedang tak ramah. Kenali medan dahulu baru kita persiapkan alat sederhana dalam pendakian. Dan kebalikannya, mendaki gunung yang tak terlalu sulit, seperti Gunung Telomoyo , kita menyibukkan diri membawa Rope, pasak, paku tebing, harness, dll akan terasa berlebihan dan akan terlihat lucu, karena gunung Telomoyo bisa kita capai puncaknya dengan kendaraan!

Pada intinya, cobalah masuki alam dengan kemampuan diri, bukan karena hanya sekedar ikut - ikutan. Bangga bukan jika kita mampu selamat dan mencapai puncak gunung dengan perjuangan sendiri? Tanpa mengesampingkan alat keselamatan, tetapi raga kita juga mempunyai cara menyelamatkan diri dalam bahaya di alam, yakni waspada dan tak meremehkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar